SEJARAH REFRACTORY
Sejarah Refractory adalah dimulai dari ditermukannya api, Sejak zaman Batu, Manusia sudah memiliki kemampuan untuk membuat dan menggunakan api.
Sejarah Refractory diketahui saat Petualangan manusia pada permulaan musim dingin, membawa manusia pada awal mula mereka menemukan api seperti : kilatan cahaya dari petir, kilatan cahaya dari meteor yang jatuh ke bumi, semburan lava dari gunung api dan dari gesekan antara benda yang keras.
ASAL MULA MEMBUAT DAN MENGGUNAKAN API
Kekaguman para nenek moyang manusia kepada kilatan cahaya dan api, membuat mereka mengawasi dan mencari asal sesuatu kekuatan yang menimbulkan api .
Dari pengamatan dan perjalanan yang panjang manusia pada jaman Batu mulai menemukan beberapa cara untuk membuat api, antara lain :
- Menggesek – gesekan sambil memutar antara sebatang kayu dengan sebuah balok kayu yang kering.
- Dengan membenturkan antara dua batu flint ( sejenis batu baiduri salah satu bagian dari jenis Silica) untuk menimbulkan percikan api yang kemudian di arahkan ke kayu kering atau sejenisnya supaya menyala.
- Dengan menggesekan antara Iron pyirite ( sejenis tanah yang mengandung logam dan belerang ) dan flint untuk menghasilkan percikan api .
Cara ini adalah cara yang paling effective untuk membuat api dan di ikuti oleh nenek moyang manusia sampai dengan abad 1830 M.
ASAL MULA PENEMUAN DAN PENGGUNAAN REFRACTORY MATERIAL
Dengan di temukannya cara membuat api, maka api menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari nenek moyang manusia, tetapi hanya terbatas untuk memanaskan makanan dan memasak air.
Dalam perkembangan nya nenek moyang manusia mulai memerlukan suatu tempat atau alat yang bisa di gunakan untuk mengumpulkan api supaya bisa menyala dalam waktu yang cukup lama yang belakangan dikenal dengan Tungku atau Furnaces.
Berdasar dari penemuan fosil, nenek moyang manusia di Western Asia ( sekarang di daratan Irag, Iran, Syria da Turkey ) telah mulai menggunakan Tungku sejak 6000 SM.Pada saat itu nenek moyang manusia sudah menemukan bahwa lapisan tanah yang dipanasi dalam beberapa jam setelah dingin menjadi keras dan bisa menampung air.
Pada 4500 SM nenek moyang manusia di daratan tersebut sudah mulai membuat beberapa peralatan dari tanah liat. Didaerah yang sekarang dikenal Mexico nenek moyang manusia sudah menggunakan alat sejenis stove untuk memasak makanan dan air.
Alat tersebut sudah dilengkapi dengan bagian – bagian seperti tungku pada saat ini, yaitu :
- Lubang pemasukan bahan bakar
- Secondary passage untuk lubang udara
- Dan outlet gas untuk pengeluran gas buang.
Pada 3500 ~ 3000 SM, penduduk di Mesopotamia, Turkey, Iran, Syria, dll di Western Asia sudah mulai membuat Fire Brick dan mulai melebur tembaga untuk membuat peralatan yang tajam seperti pedang, pisau, dll.
Dari sinilah penggunaan Fire brick untuk keperluan umat manusia mulai digunakan.
Pada awal nya konstruksi furnaces masih sangat sederhana sehingga banyak sekali terjadi Heat Loss. Kemudian mulai dibuat Furnaces dengan kontruksi yang terbuat dari block – block untuk mengurangi heat loss, antara lain :
- Pada 800 ~ 700 SM di Kerajaan Neo Babylonia sudah menggunakan brick yang dilapisi glaze dan di gunakan pada dinding – dinding Istana kerajaan.
- Pada awal tahun Masehi, orang Hurrians dan Hittities di Turkey, Iraq, dan Syria sudah membuat Furnaces yang di lengkapi kontruksi dari tembaga sampai besi.
Namun sampai dengan abad ke 16 Masehi, temperature di Furnace – furnace tersebut belum terlalu tinggi, untuk itu belum diperlukan Refractory material yang berkualitas.
Pada abad ke 18 Masehi, sejalan dengan berkembang nya Ilmu Pengetahuan maka juga dikembangkan technik peleburan besi dan baja sehingga diperlukan Furnaces dengan temperature yang sangat tinggi.
Kebutuhan akan Refractory yang tahan terhadap temperature tinggi pun mulai di kembangkan , sehingga mulai berdiri beberapa industri pembuatan Refractory, namun pada awal nya hampir semua nya berupa Fire bricks.
Dan pada perkembangan refractory modern mulai dikenal apa yang disebut “ Monolitic Refractory”.
Komentar
Posting Komentar